Kata Mahasiswa tentang Pembelajaran Jarak Jauh

Selasa, 16 Juni 2020 - 11:21:03 WIB
Dibaca: 840 kali

Kata Mahasiswa tentang Pembelajaran Jarak Jauh

Pandemik Covid-19 membuat sebagian besar rutinitas kita menjadi berubah, dari yang awalnya bisa leluasa untuk hilir pergi keluar kesana kemari, kini semuanya tidak bisa kita rasakan untuk sementara waktu. Termasuk untuk melakukan kegiatan perkuliahan. Sebelum adanya pandemik ini tatap muka adalah metode pembelajaran yang dilakukan. Tetapi kini, mahasiswa dan dosen dituntut untuk tidak ‘gagap’ terhadap kemajuan teknologi. Perkuliahan daring adalah salah satu metode perkuliahan yang efektif dilakukan saat ini. Tetapi, apakah benar daring adalah sesuatu yang efektif di mata mahasiswa? Lalu keluh kesah apa saja yang ada dalam benak mahasiswa saat ini ? Artikel kali ini membahas pendapat mahasiswa terkait perkuliahan pada masa pandemik dengan narasumber Olimpius Kurniawan, mahasiswa semester 2 Administrasi Publik Untag Surabaya.

                Menurut Olimpius kegiatan pembelajaran jarak jauh seperti sekarang ini sangatlah tidak efektif. Hal ini dikarenakan perbedaan konsep belajar yang begitu fundamen antara proses belajar di kampus dan belajar di rumah. Kerap kali mahasiswa diberikan banyakanya tugas oleh dosen, walaupun tidak semua dosen melakukannya. Selain itu, karena minimnya infrastruktur penunjang belajar yang disiapkan di rumah atau kost, seperti jaringan internet dan juga pulsa internet menjadi masalah baru bagi kalangan mahasiswa jika mengikuti perkuliahan online.

                Pembelajaran yang dilakukan kerap kali penyampaian teori tanpa praktik juga merupakan dampak dari adanya pembelajaran jarak jauh ini. Seharusnya teori dan praktik itu harus sejalan, jangan sampai mahasiswa hanya paham teori tapi gagap dalam praktiknya. Ketika hal ini (pemeberian teori tanpa praktik) telah mengakar pada lingkungan kampus maka menurut Olimpius akan berdampak pada kualitas kerja mahasiswa ketika terjun ke dunia kerja. Namun, pada sisi lain, dengan adanya kebijakan pembelajaran jarak jauh seperti sekarang ini, Olimpius melihat lembaga pendidikan formal (baca : kampus) seakan seperti perpanjangan tangan dari kaum kapitalis yang bersembunyi dibalik kata yang mulia nian; pendidikan, yang mana pengertian pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Mengapa demikian? Melihat realitas yang terjadi sekarang dimana perekonomian Indonesia mulai melemah, yang kemudian berimbas pada menurunya pendapatan orangtua mahasiswa (khususnya mahasiswa yang orang tuanya petani). Menurut Olimpius, hingga kini kampus belum mengeluarkan kebijakan yang pro mahasiswa. Kampus hanya menghapus denda keterlambatan pembayaran uang kuliah dan pemotongan uang kuliah sebesar Rp. 100.000/bulan dari Bulan Maret-Mei 2020. Olimpius menilai belum cukup karena selama masa perkuliahan online segala fasilitas kampus tidak dinikmati mahasiswa.

                Dari pembelajaran jarak jauh setidaknya ada hal positif yang diperoleh, seperti melatih mahasiswa untuk mencari tahu tentang hal baru, serta melatih mahasiswa agar tidak menjadikan dosen sebagai pusat ilmu atau poros pengetahuan. Sebab, mahasiswa merupakan objek aktif dalam sistem pendidikan. Ketika mahasiswa memposisikan dirinya sebgaai objek pasif, maka tidak akan ada usaha yang ia lakukan untuk menemukan ilmu baru di luar ilmu yang diajarkan oleh dosen. Berkaca pada realita saat ini terkait kebijakan kampus. Olimpius menganggap kampus tidak jauh berbeda dengan ladang bisnis yang selalu eksis karena diperkuat dengan dalil bahwa kampus hadir untuk mewujudkan salah satu cita-cita bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

                Olimpius diakhir wawancara menyampaikan “Hemat saya, kampus sebagai lembaga pencetak manusia berkualitas hendaknya peka dengan kondisi kehidupan masyarakat di tengah pandemik ini. Serta harus bisa menyelaraskan antara teori dengan praktik agar kampus tidak terkesan seperti ladang pencetak ijazah”.

 

-NB-


Untag Surabaya || FISIP Untag Surabaya || SIM Akademik Untag Surabaya || Elearning Untag Surabaya